CLICK HERE FOR FREE BLOG LAYOUTS, LINK BUTTONS AND MORE! »

Jumat, 19 September 2014

deretan sajak

Aku masih saja sibuk dengan deretan dertan sajak yang tak pernah terbaca olehmu
Sajak sajak tentangmu
Masih bisa ku susun rapi dalam balutan pelangi
Walau tak ada bisa cahaya yang nyata di sela riuhnya air
Sajak tentangmu
Menjamur dalam kotak
Coba sedikit saja edarkan pandangmu di kotak itu
Kotak tanya itu masih mengangga
Menunggu dekapan gembok yang mampu membuatnya rapat
Masih saja namamu yang gaungnya masih terdengar dalam ruang hatiku meski lirih
Tapi itu tetap ada kan
Sejuta susunan huruf memakimu, memujamu, merindumu hingga teriakan miris itu tak akan pernah berarti untukmu
Percuma, tak akan mampu menutup kotak tanya itu
Lalu
Ber mil mil aku berlari dengan langkah baruku
Tetap saja bayangmu yang membuntutiku
Kutatap nanar kotak itu
Kau pun tak menaruh iba padaku
Pernah
Ku mengemis padamu
Hingga aku tak peduli pincingan sinis dari orang di sekelilingku
Kuhayati sorot matamu dalam
Tak jua ku temukannya

Entah dengan cara seperti apalagi hingga ku temukan pasangan dari kotak tanya itu

tentang

Pemuja senja
Setia menanti siluet indah  mempesona
Duduk terdiam
Tenggelam dalam khayal masing-masing saat perlahan bulatan orange itu kembali ke sangkarnya
Tanpa dikomando
Tatapan kita beradu, tersenyum simpul penuh makna

Dulu memang aku penikmat hangatnya

Tapi tak lagi ketika senja banyak bercerita tentangmu
Sedang tak bisa menikmati bayangmu
Pandangnya yang teduh jadi angkuh
Konyol memang, hanya karna ku tak bisa merengkuhmu karna batasan daya
Aku jadi mengabaikannya
Mau dikata apa, jika yang ku rasa demikian adanya

Aku tak bisa lagi menikmatinya
Bukan tak bisa
Namun   “enggan”
Bukankah malam lebih tenang